Perajut Juga Bersiap Hadapi MEA

Meski tidak memiliki persiapan khusus dalam menghadapi pasar bebas, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) namun sejumlah perajin rajut mengaku optimisi mampu bersaing. Sebab rajutan yang dipasarkan tersebut merupakan handmade.
Tidak hanya sekadar optimis, para perajin rajut ini juga terus berinovasi dan berkreasi dengan menghadirkan beragam produk. Wiwik Kusrini pemilik usaha Rumah Rajutan, yang sejak dua bulan terakhir membuat inovasi sepatu rajutan. “Inovasi terbaru kita, buat sepatu rajut. Tapi ini kita masih buat yang flat,”kata Wiwik, kepada MedanBisnis, Kamis (19/3).

Wiwik yang sudah banyak membuat kreasi rajut, seperti tas rajut, cardigan, taplak meja, kreasi jilbab dan lainnya ini mengatakan, ide dan inovasi tersebut muncul, dari banyaknya produk rajutan di internet.

“Kita lihat bagus-bagus. Terus kita lihat juga untuk produk serupa ternyata di Jawa belum ada yang memproduksi secara missal sepatu berbahan baku karet ini,” sambungnya.

Dalam membuat sepatu ini, Wiwik mendapatkan bahan baku dari Kota Medan. Sementara yang buat bayi spon didatangkan dari Bandung. Setiap pasangnya sepatu ini dipatok mulai Rp 65 ribu hingga Rp 125 ribu.

Dalam satu bulan produksi sepatu Wiwik mencapai 150 pasang dengan tenaga kerja 10 orang. “Untuk resellernya ada 10 orang yang aktif,” katanya.

Wiwik mengaku, dalam memasarkan aneka kreasi dan inovasi rajut ini, masih memasarkan di beberapa daerah di Indonesia. “Untuk Indonesia, paling jauh Depok Jawa Barat, kalau ke luar negeri sudah sampai ke Malaysia dan Jepang, tapi ini masih orang yang bawa,” ujarnya seraya menambahkan untuk pemasarannya kebanyakan mengandalkan online.

Dari usaha ini, Wiwik menargetkan kedepan ingin membuat lebih banyak lagi varian sepatu rajut. Sehingga masyarakat semakin banyak pilihan. “Ke depan akan kita buat sandal dan wedges juga,” jelasnya.

Hal tidak berbeda diungkapkan Tia Evia perajin rajut lainnya. Bagi Evita yang meski mengaku belum memahami keuntungan apa yang didapat dari pasar bebas itu, namun dia tetap optimis. “Jika kita mempunyai kualitas yang baik, tidak perlu khawatir. Kebetulan saya produk handmade, jadi saya lebih yakin bisa bersaing,”ujar Tia yang mengaku lebih suka membuat produk yang besar-besar seperti bedcover, taplak meja, cardigan ini.

Tia juga mengaku sedang mempersiapkan untuk membuat inovasi berupa karpet rajut. Untuk satu produk rajutan handmade ini, Tia mematok harga mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.